Maritim Indonesia – Federasi Serikat Pekerja Pelabuhan dan Strategis Nasional (FSPPSN) secara resmi mendeklarasikan afiliasinya ke Konfederasi Serikat Buruh Muslimin Indonesia (K-Sarbumusi) dalam acara yang digelar di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (9/8).
Kegiatan yang berlangsung sejak siang ini diawali dengan talk show bertema “Progresifitas Serikat Melawan Sekat”, orasi budaya “Suara Buruh, Suara Kemerdekaan”, serta serangkaian sambutan dari berbagai tokoh, termasuk Ketua Umum FSPPSN, Farudi; Ketua Dewan Pembina FSPPSN, Syukur Achmad; Ketua Pimpinan Besar Nahdlatul Ulama, H. Mohamad Syafi Alielha, dan Direktur Kelembagaan & Pencegahan Perselisihan Hubungan Industrial Kementerian Ketenagakerjaan RI, C. Heru Widyanto.
Dalam sambutannya, Presiden K-Sarbumusi, H. Irham Ali Saifuddin, menegaskan bahwa sektor pelabuhan merupakan bidang strategis yang akan terus berkembang di masa depan. Oleh karena itu, ia mengajak para buruh di sektor ini untuk mempersiapkan diri menghadapi modernisasi dan perubahan zaman, terutama dengan meningkatkan kompetensi dan adaptasi terhadap teknologi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Saya kira ini bisa menjadi basis positioning bagi federasi baru ini untuk bernegosiasi, tidak hanya dengan perusahaan, tapi juga di tingkat pemerintah. Kami akan bantu mengamplifikasi agar ada perhatian khusus, terutama dalam peningkatan kompetensi, sehingga ketika modernisasi atau adopsi AI meluas, para buruh tidak sampai kehilangan pekerjaan,” ujar Irham.
Irham menilai ada dua konteks penting untuk mendukung sektor pelabuhan. Pertama, dari sisi geografis, Indonesia sebagai negara kepulauan dan maritim membutuhkan konektivitas antarpulau yang menjadikan pelabuhan sebagai infrastruktur vital.
Kedua, dari sisi ekonomi, sektor logistik dan pergudangan pasca-pandemi mengalami lonjakan signifikan yang menjadi momentum penting bagi para buruh.
“Selama empat tahun terakhir, terutama pasca recovery Covid-19, pertumbuhan arus barang sangat drastis. Kawan-kawan bisa lihat data BPS, kalau kita bandingkan tahun ke tahun pasti signifikan,” imbuhnya.
Irham juga menegaskan bahwa Sarbumusi bukanlah serikat buruh biasa, melainkan lahir dari ikhtiar batin para ulama Nahdlatul Ulama (NU).
“Jangan dilihat Sarbumusinya saja. Sarbumusi ini anaknya NU, dan NU ini pemegang saham terbesar di republik ini. Tidak ada hal yang bisa gagal apabila dinegosiasikan oleh NU, dan Sarbumusi adalah bagian dari NU,” tegasnya.
Ketua Umum FSPPSN, Farudi mengungkap, bergabungnya FSPPSN ke dalam K-Sarbumusi merupakan langkah strategis untuk memperkuat posisi buruh pelabuhan di tingkat nasional.
“Kami ingin memastikan bahwa para anggota tidak hanya terlindungi hak-haknya, tetapi juga dibekali kompetensi yang mumpuni untuk menghadapi perubahan industri, termasuk digitalisasi dan modernisasi pelabuhan,” ungkapnya.
“Bersama K-Sarbumusi dan dukungan Nahdlatul Ulama, kami optimistis perjuangan ini akan berdampak nyata bagi kesejahteraan buruh pelabuhan di seluruh Indonesia.” tambahnya.
Menurutnya, sektor pelabuhan adalah urat nadi perdagangan dan logistik nasional. Peran buruh di sektor ini tidak tergantikan, tapi tetap harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan tuntutan pasar global.
“FSPPSN akan menjadi garda terdepan dalam memastikan anggota memiliki sertifikasi, keterampilan, dan posisi tawar yang kuat, sehingga kita tidak hanya menjadi penonton, tetapi pelaku utama dalam transformasi sektor pelabuhan Indonesia,” pungkas Farudi.
Acara deklarasi ini turut disertai Launching Program Sekolah Serikat Pekerja, Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum “Justicia”, Induk Koperasi Pekerja Indonesia, dan Pasukan Serbu. Selain itu, dilakukan penandatanganan MoU antara FSPPSN dengan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Jakarta serta Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia (PPKHI).
Rangkaian acara ditutup dengan sesi dokumentasi dan ramah tamah antar peserta. (ire djafar)