Maritim Indonesia – Pelabuhan Tanjung Priok sebagai gerbang utama logistik nasional terus menunjukkan prospek pertumbuhan yang menjanjikan. Hal tersebut mengemuka dalam acara Diskusi Logistik dan Kepelabuhanan bertema “Prospek Bisnis di Pelabuhan Tanjung Priok” yang digelar oleh komunitas media Indonesia Port Editors Club (IPEC) di Hotel Sunlake, Jakarta Utara, Selasa (29/7).
Acara ini sekaligus menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke-1 IPEC, dan menghadirkan sejumlah narasumber dari regulator pelabuhan, operator pelabuhan, otoritas kepabeanan, hingga asosiasi pelaku usaha. Sesi diskusi dibuka oleh Kepala Bidang Lalu Lintas Laut dan Kepelabuhanan Kantor KSOP Utama Tanjung Priok, Wim Hutajulu, yang mewakili Kepala KSOP, Capt. Heru Susanto.
“Pelabuhan Tanjung Priok adalah pintu gerbang ekonomi nasional yang melayani 60–70% arus barang Indonesia. Potensi bisnisnya masih sangat besar dan hanya bisa dioptimalkan bila seluruh pemangku kepentingan, regulator, operator, asosiasi, hingga pelaku usaha, bersinergi secara nyata,” ujar Wim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Yandri: Transformasi Pelabuhan Priok Terus Dilakukan
Hadir sebagai salah satu narasumber utama, Executive General Manager PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 2 Tanjung Priok, Yandri Trisaputra, memaparkan sejarah dan transformasi besar Pelabuhan Tanjung Priok sejak tahun 1960-an hingga kini menjadi bagian dari Pelindo Terintegrasi.
“Transformasi besar sudah kami lakukan, baik dari sisi infrastruktur maupun teknologi. Semua perubahan itu bertujuan agar Pelabuhan Priok bisa terus relevan, efisien, dan kompetitif di kancah global,” ungkap Yandri.
Ia menjelaskan, saat ini Pelindo tengah menjalankan beberapa program strategis nasional, seperti:
– Pengembangan Terminal Kalibaru (New Priok) untuk menghadapi tantangan kapasitas dan layanan global.
– Integrasi Pelabuhan dengan Jalan Tol Cibitung–Cilincing dan New Priok Eastern Access (NPEA) yang memperlancar akses ke kawasan industri timur.
– Revitalisasi infrastruktur eks-JICT 2 sebagai respon atas kebutuhan pertumbuhan kapasitas di masa depan.
“Kami di Pelindo terbuka terhadap kritik dan masukan konstruktif dari para stakeholder. Kolaborasi adalah kunci. Bersama-sama, kita harus menata Pelabuhan Tanjung Priok agar tetap menjadi pelabuhan kelas dunia yang mendukung ekonomi nasional Indonesia,” tegas Yandri.
Turut hadir dalam acara ini, Kepala Bidang Bimbingan Kepatuhan Internal dan Layanan Informasi KPU Bea dan Cukai Tanjung Priok, Ardhani, yang menekankan peran Bea Cukai sebagai fasilitator perdagangan dan logistik nasional.
“Saat ini ada lebih dari 140–150 proses bisnis yang sudah digital melalui sistem kami. Hanya 20-an proses yang masih menggunakan hard copy. Ini bagian dari komitmen kami untuk mempercepat layanan,” ujar Ardhani.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Utara, Hendrico Tampubolon, menyoroti sejumlah persoalan krusial di luar kawasan pelabuhan, seperti kemacetan akibat over kapasitas depo petikemas, ketidakseimbangan market share, tidak adanya pembatasan waktu operasional truk, hingga tingginya angka kecelakaan lalu lintas di wilayah Jakarta Utara.
Diskusi berjalan interaktif dengan berbagai masukan dari asosiasi seperti INSA Jaya, ALFI DKI Jakarta, APBMI DKI Jakarta , ASDEKI Jakarta, APTRINDO Jakarta.
Ketua ALFI DKI Jakarta, Adil Karim, menyerukan perlunya kajian komprehensif dan pelibatan semua pihak untuk mengatasi kemacetan terkait depo dan arus logistik.
“Sinergi tak boleh jadi jargon semata. Ini harus jadi gerakan nyata di lapangan,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua ASDEKI Jakarta, A. Yacub, menyoroti mahalnya tarif depo dan menyerukan penataan ulang lokasi depo serta penetapan tarif batas atas dan bawah oleh pemerintah.
Acara diskusi yang dipenuhi semangat kolaborasi ini berhasil menjadi wadah untuk menyatukan pemikiran strategis antar pelaku industri pelabuhan. Diharapkan, sinergi yang lahir dari forum-forum seperti ini bisa menjadi katalis menuju sistem logistik nasional yang lebih kuat dan kompetitif. (ire djafar)