
Maritim Indonesia – Museum Maritim Indonesia (MUMI) resmi menutup periode kunjungan publik spesial yang telah dibuka sejak 20 Mei hingga 2 Juni 2025. Momentum ini menjadi penanda selesainya rangkaian perayaan tiga tonggak penting kebangsaan: Hari Pendidikan Nasional, Art Market Exhibition 2025, dan puncaknya Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni.
Selama lebih dari dua pekan, MUMI yang berlokasi di Jalan Raya Pelabuhan No. 9, Tanjung Priok, Jakarta Utara ini menjadi ruang yang menyatukan sejarah, seni, dan semangat kebangsaan dalam satu napas yang utuh.
Dengan konsep digital interaktif, museum ini menampilkan sejarah kemaritiman Indonesia termasuk informasi kepelabuhanan dan perkapalan dalam narasi yang hidup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada perayaan Hari Kebangkitan Nasional tanggal (20 Mei 2025) dan lalu sekaligus Hari Lahir Pancasila (1 Juni 2025), MUMI membuka pintunya untuk umum tanpa reservasi, sebuah kesempatan langka karena biasanya kunjungan hanya dibuka untuk rombongan institusi. Momentum ini juga dimanfaatkan sebagai panggung utama bagi Art Market Exhibition 2025, ajang kolaborasi para seniman Indonesia untuk menampilkan karya-karya bertema “Kebangkitan Maritim Nusantara”.
“Museum bukan sekadar ruang memajang artefak, tapi jendela tempat kita menatap ulang jati diri bangsa.” ungkap salah seorang tokoh dan pelaku seni Jakarta Utara.
“Seni adalah bahasa kebangsaan yang menyatukan kita semua, tanpa perlu kata-kata.” tambahnya.
Tak hanya menikmati karya seni, para pengunjung juga mendapatkan pengalaman eksklusif menelusuri ruang pamer yang dipandu langsung oleh tim edukator dan arkeolog MUMI. Narasi mereka membawa pengunjung menyelami perjalanan bangsa Indonesia sebagai negeri bahari, dari masa lampau hingga masa depan.
Tak terlupakan, peringatan Hari Pendidikan Nasional menjadi dasar dari semangat yang diusung MUMI selama periode kunjungan ini. Edukasi publik menjadi pusat perhatian, di mana sejarah diajarkan dengan cara yang inklusif, kreatif, dan membumi.
“Pendidikan adalah kompas untuk menavigasi masa depan, dan sejarah adalah peta yang menuntun kita.” ujar salah satu pengunjung.
“Ketika seni, sejarah, dan pendidikan bertemu, lahirlah ruang yang menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan Indonesia.” ungkap pengunjung lain.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan semangat Hari Lahir Pancasila, yang menjadi titik refleksi akan nilai-nilai dasar bangsa Indonesia. Ruang seni dan sejarah MUMI selama periode ini seolah menjadi panggung konkret untuk merayakan keberagaman, gotong royong, dan kebanggaan sebagai bangsa maritim.
MUMI Kembali ke Jadwal Reguler Mulai 3 Juni
Setelah periode terbuka untuk publik ini, mulai 3 Juni 2025, Museum Maritim Indonesia kembali ke skema kunjungan reguler. Museum hanya menerima rombongan dari komunitas, sekolah, lembaga, atau perusahaan dengan jumlah minimal 20 orang.
Setiap kunjungan akan diawali dengan pemutaran film sejarah pelabuhan dan kemaritiman di ruang audio visual, dilanjutkan dengan sesi ice breaking yang seru, sebelum menjelajah ruang pamer. Jadwal kunjungan reguler dibuka setiap Selasa hingga Kamis pukul 09.00 – 15.00 WIB.
Untuk reservasi, calon pengunjung cukup mengirimkan surat kepada Executive General Manager Pelindo Regional 2 Tanjung Priok, mencantumkan tanggal dan waktu kunjungan. Informasi lebih lanjut tersedia di https://maritimemuseum.id atau dapat menghubungi WA: 08119434545 / Email: info@maritimemuseum.id.
Untuk diketahui, Museum Maritim Indonesia berada di bawah naungan PT Pendidikan Maritim dan Logistik Indonesia (PT PMLI), yang merupakan anak usaha dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero). PT PMLI bergerak di bidang pelatihan, asesmen, konsultansi, knowledge management, MICE, EO, serta penyediaan tenaga kerja melalui anak perusahaannya, PT Pelindo Daya Sejahtera (PT PDS).
Transformasi bisnis dan budaya berjalan seiring, PMLI terus berkomitmen menghadirkan pembelajaran yang relevan dan bermakna untuk Indonesia yang lebih maju.
Museum Maritim Indonesia bukan hanya tempat mengenang kejayaan laut kita, tapi juga tempat kita menanam semangat baru untuk bangsa yang terus bergerak ke depan. (ire djafar)