Maritim Indonesia — Kementerian Perhubungan RI melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut kembali ambil bagian dalam pertemuan The 48th ASEAN Maritime Transport Working Group (AMTWG) yang digelar pada 7–8 Mei 2025 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Delegasi Indonesia hadir secara daring dan dipimpin oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Lollan Panjaitan, bersama perwakilan lintas kementerian dan lembaga, termasuk PT Pelindo dan INSA.
Pertemuan dua hari yang dipimpin Brunei Darussalam sebagai Chair dan Kamboja sebagai Vice-Chair ini dihadiri oleh seluruh negara anggota ASEAN, negara mitra dialog seperti China, AS, Jepang, Korea Selatan, Norwegia, dan Rusia, serta organisasi maritim global seperti IMO, UN ESCAP, dan ASEAN Ports Association.
Kinerja Transportasi Laut ASEAN Capai Skor 3,97
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu agenda utama adalah evaluasi akhir Kuala Lumpur Transport Strategic Plan (KLTSP) 2016–2025 serta penyusunan rencana strategis pasca-2025. Lollan mengapresiasi laporan ASEAN Secretariat yang mencatat bahwa hingga Juni 2024, 231 dari 243 milestone telah tercapai dengan skor rata-rata implementasi mencapai 3,96 dari 5. Transportasi laut sendiri mencatat skor 3,97 dengan 44% target telah rampung, 36% masih berlangsung, dan hanya 3% belum dimulai.
“Indonesia berkomitmen memperkuat capaian ini melalui kolaborasi berkelanjutan antarnegara ASEAN,” ujar Lollan.
14 Pelabuhan Utama Indonesia Didorong Masuk Jaringan ASEAN
Menindaklanjuti hasil AMTWG ke-47, Indonesia telah menyerahkan data pelabuhan 2023–2024 untuk pemantauan Key Performance Indicator (KPI) jaringan pelabuhan ASEAN, menggunakan pemodelan DEA oleh MIMA Malaysia. Empat belas pelabuhan Indonesia, termasuk Tanjung Priok, Belawan, Makassar, hingga Jayapura, disiapkan untuk mendukung konektivitas kawasan.
Dalam forum tersebut, PT Pelindo turut memaparkan penerapan standar keselamatan kerja dan pengelolaan pelabuhan ramah lingkungan di Indonesia.
Perkuat Rute Ro-Ro Dumai–Melaka dan Bitung–Davao
Pertemuan juga membahas pengembangan rute pelayaran Ro-Ro ASEAN. Untuk rute Dumai–Melaka, Indonesia telah menyelesaikan rehabilitasi darat Pelabuhan Bandar Sri Junjungan dan membuka operasional domestik awal 2025. Guna mempercepat implementasi lintas batas, Indonesia mengusulkan pertemuan 3rd Task Force untuk merampungkan SOP lintas kendaraan antarnegara.
Sementara untuk rute Bitung–Davao (General Santos), diskusi akan difokuskan pada komoditas ekspor-impor serta pergerakan kendaraan dan penumpang.
Dorong Peningkatan Kapasitas Kenavigasian dan Standar Keamanan
Terkait agenda kenavigasian, Indonesia mengapresiasi program pelatihan VTS bersama Jepang dan Malaysia. Lollan menyampaikan usulan peningkatan alokasi peserta Indonesia serta penambahan pelatihan VTS sesuai standar IALA, termasuk kursus pengawas dan perawatan SBNP.
“Pelatihan ini mendukung profesionalisasi pengelolaan alur pelayaran dan berbasis data akurat,” ujarnya.
Komitmen Dekarbonisasi dan Perlindungan Lingkungan Maritim
Indonesia juga menyampaikan progres penyusunan peta jalan dekarbonisasi subsektor maritim yang mengarah pada penggunaan bahan bakar nol emisi seperti green hydrogen dan ammonia.
Studi kelayakan retrofit kapal ASDP dengan teknologi hidrogen kini sedang dijalankan bersama HDF Energy melalui program IMO Green Voyage 2050.
Selain itu, Indonesia juga menjadi tuan rumah Global Project Task Force Meeting GloFouling ke-3 di Bali pada Maret 2025, menandai fase akhir proyek internasional yang fokus pada pengendalian biofouling kapal.
“Indonesia mengajak seluruh negara ASEAN menyatakan komitmen bersama dalam strategi regional biofouling kepada IMO,” tegas Lollan.
Indonesia juga menegaskan komitmen terhadap kerja sama perlindungan lingkungan laut bersama mitra seperti Philippine Coast Guard dan Japan Coast Guard. (fa)
idj / idj