Maritim Indonesia — Asian Shipowners’ Association (ASA) resmi menyelenggarakan Rapat Umum Tahunan (Annual General Meeting/AGM) ke-34 di Jakarta, Selasa (27/5). Kegiatan yang digelar oleh Federation of ASEAN Shipowners’ Associations (FASA) ini dihadiri oleh sekitar 200 delegasi dari asosiasi-asosiasi anggota ASA yang berasal dari berbagai negara Asia.
Ketua ASA, Carmelita Hartoto, menyambut para peserta AGM dengan penuh semangat dan menekankan pentingnya peran Asia dalam menentukan arah masa depan industri pelayaran dunia.
“Dalam AGM ASA yang ke-34 ini, kami menegaskan kembali peran sentral Asia dalam membentuk masa depan industri pelayaran global. Dengan mengusung tema ‘Posisi Asia dalam Maritim Global’, kita bersatu dalam komitmen untuk mendorong kolaborasi, mempercepat inisiatif dekarbonisasi, dan merangkul inovasi guna membangun industri maritim yang tangguh dan visioner,” ujar Carmelita.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan AGM, ASA juga menggelar International Shipping Forum (ISF), salah satu program unggulan yang selalu dinantikan. Forum ini menghadirkan Sekretaris Jenderal International Maritime Organization (IMO), Arsenio Dominguez, sebagai pembicara kunci yang memberikan keynote address mengenai arah kebijakan pelayaran global ke depan.
ISF membahas berbagai isu krusial, mulai dari kepatuhan terhadap regulasi internasional, pengembangan SDM maritim, transisi energi dan dekarbonisasi, hingga tantangan keamanan maritim di tengah meningkatnya tensi geopolitik.
Dalam laporan tahunan dari masing-masing Komite ASA, sejumlah isu strategis dan pernyataan sikap diangkat ke permukaan:
1. Melindungi Kesehatan Mental Awak Kapal
ASA menaruh perhatian besar terhadap kondisi psikologis para pelaut sebagai tulang punggung tak tergantikan dalam perdagangan global.
ASA mengapresiasi amandemen terbaru terhadap Maritime Labour Convention (MLC) 2006 yang diadopsi pada April 2025.
Amandemen ini menetapkan pelaut sebagai pekerja kunci, memperkuat ketentuan pemulangan, menerapkan cuti darat bebas visa, dan mengedepankan kebijakan anti-bullying serta anti-pelecehan.
ASA menyerukan aksi kolektif untuk menanamkan perlindungan kesehatan mental ke dalam praktik industri, meningkatkan kesadaran, dan menempatkan kesehatan mental pelaut setara dengan keselamatan fisik mereka.
2. Pembatasan Tanggung Jawab: Pilar Stabilitas Maritim Global
ASA dengan tegas menyoroti pentingnya prinsip pembatasan tanggung jawab dalam industri pelayaran internasional, menyusul insiden global yang menimbulkan kerusakan infrastruktur parah dan kompleksitas hukum.
Melemahkan prinsip ini akan membawa dampak luas, meningkatkan biaya, menghambat investasi, dan mengganggu kelayakan asuransi pelayaran, yang pada akhirnya membebani konsumen dunia.
ASA mendesak regulator dan pemangku kepentingan global untuk memahami bahwa prinsip ini adalah fondasi keadilan dan stabilitas ekonomi, bukan sekadar celah hukum.
3. Keamanan Maritim: Seruan untuk Kolaborasi Global
Menghadapi dinamika ancaman keamanan maritim di jalur pelayaran utama dunia, ASA menyerukan kewaspadaan industri dan penguatan kerja sama dengan otoritas regional dan internasional.
ASA juga menekankan pentingnya kesiapan industri menyambut kebijakan pengurangan emisi gas rumah kaca dari IMO, seraya mengimbau perlunya strategi implementasi yang praktis dan inklusif, terutama bagi operator kecil dan negara berkembang.
4. Menjaga Prinsip Perdagangan Bebas
Di tengah maraknya proteksionisme dan unilateralisme, ASA menyoroti pentingnya mempertahankan perdagangan bebas dan kompetisi yang adil sebagai fondasi keberlanjutan rantai pasok global.
Dalam pernyataan bersama pada Maret 2025, ASA menyerukan kepada pemerintah negara-negara Asia untuk menerapkan kebijakan non-diskriminatif terhadap kapal berbendera asing dan memperkuat koordinasi regulasi lintas negara.
5. Mendorong Pelayaran yang Lebih Ramah Lingkungan
ASA terus mendorong kesiapan negara pelaku daur ulang kapal dalam menghadapi pemberlakuan Hong Kong Convention (HKC) dengan memperluas penggunaan galangan bersertifikasi serta mendorong harmonisasi regulasi antara HKC, Basel Convention, dan EU-SRR.
“ASA menekankan pentingnya mengurangi fragmentasi kebijakan regional demi menciptakan ekosistem daur ulang kapal yang standar, berkualitas, dan berkelanjutan,” demikian disampaikan dalam forum.
Dalam AGM ke-34 ini, Eleanor Keukura Roi, Wakil Ketua ASA dan CEO Cook Islands Shipowners Association (CISOA), resmi ditunjuk sebagai Ketua ASA ke-35.
“Ini merupakan kehormatan besar bagi saya untuk dinominasikan sebagai Ketua ASA berikutnya. Saya berharap dapat bekerja sama secara erat dengan seluruh anggota untuk memperdalam kolaborasi regional dan mendorong prioritas bersama dalam hal konektivitas, keberlanjutan, dan transformasi digital,” ujar Eleanor.
Sementara itu, Yukikazu Myochin, Presiden Japanese Shipowners’ Association (JSA), ditunjuk sebagai Wakil Ketua ASA.
Sebagai penutup, ASA mengumumkan bahwa AGM ke-35 akan digelar di Kepulauan Cook pada Mei 2026, menandai komitmen berkelanjutan dari seluruh negara anggota dalam memperkuat kerja sama maritim kawasan Asia-Pasifik demi masa depan pelayaran dunia yang lebih hijau, tangguh, dan inklusif. (ire djafar)