Maritim Indonesia — Kehadiran Terminal Kijing di Mempawah yang dikelola oleh PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP Nonpetikemas) Cabang Pontianak semakin mengukuhkan perannya sebagai urat nadi ekonomi Kalimantan Barat. Sejak resmi dikelola oleh PTP Nonpetikemas pada 1 Agustus 2022, terminal ini menjelma menjadi tulang punggung pelayanan kargo nonpetikemas di wilayah barat Pulau Kalimantan.
Terminal Kijing tidak hanya menjadi simpul penting dalam jaringan logistik nasional, tetapi juga strategis secara global karena berbatasan langsung dengan jalur perdagangan utama Selat Malaka. Posisi ini menjadikan Terminal Kijing sebagai motor penggerak ekspor-impor Kalimantan Barat, sekaligus katalisator penguatan konektivitas perdagangan internasional.
“Sebagai pelabuhan internasional baru di Kalimantan Barat, Terminal Kijing diposisikan menjadi motor penggerak ekspor-impor kawasan sekaligus katalisator pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Direktur Utama PTP Nonpetikemas, Indra Hidayat Sani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan panjang dermaga lebih dari 1.900 meter dan kedalaman (draft) hingga -15 meter, terminal ini mampu melayani hingga 15 kapal secara bersamaan, termasuk kapal-kapal besar berukuran hingga 100.000 DWT.
“Kami hadir bukan hanya sebagai operator pelabuhan, tetapi juga sebagai enabler logistik yang memperkuat daya saing Kalimantan Barat di pasar global,” tambah Indra.
Kalimantan Barat sendiri dikenal sebagai salah satu produsen utama minyak kelapa sawit nasional. Provinsi ini berada di peringkat tiga besar daerah penghasil crude palm oil (CPO) di Indonesia. Tercatat, tidak kurang dari 84 perkebunan kelapa sawit, 132 perusahaan industri CPO, dan 42 terminal khusus mendukung ekosistem komoditas ini di wilayah Kalbar.
“Terminal Kijing menjadi pintu gerbang ekspor utama untuk produk turunan kelapa sawit, didukung oleh sarana bongkar muat modern seperti harbour mobile crane, excavator, wheel loader, mobile conveyor, flexible hose, dan portable filling station,” jelas Indra.
Tak hanya CPO dan turunannya, Terminal Kijing juga menangani komoditas lain seperti batubara, pupuk, palm kernel, bauksit, karet, plywood, hingga kargo berat untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur nasional. Kehadiran infrastruktur modern dan peralatan bongkar muat yang mumpuni membuat pelabuhan ini menjadi bagian vital dari rantai pasok nasional, sekaligus berkontribusi menjaga ketahanan logistik Indonesia.
“Dengan dukungan hinterland yang kuat dan fasilitas operasional yang mumpuni, kami optimis Terminal Kijing akan menjadi benchmark pelabuhan curah modern di Indonesia,” tegas Indra.
Capaian positif Terminal Kijing juga terlihat dari angka throughput yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sepanjang tahun 2023, throughput tercatat sebesar 2,27 juta ton, meningkat menjadi 3,09 juta ton pada 2024, dan pada tahun 2025 ditargetkan mencapai 3,3 juta ton.
Kontribusi terbesar berasal dari curah cair sebesar 1,9 juta ton, curah kering 761 ribu ton, dan general cargo 456 ribu ton.
Hingga semester I 2025, total throughput mencapai 2 juta ton, dengan curah kering sebagai penyumbang terbesar sebesar 965 ribu ton, disusul curah cair 759 ribu ton, dan general cargo 328 ribu ton.
“Sepanjang 2025, throughput diproyeksikan menembus 3,3 juta ton, seiring meningkatnya permintaan pengguna jasa serta kesiapan operasional yang terus kami tingkatkan,” ungkap Dwi Rahmad Toto, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha yang juga menjabat Plt. Direktur Operasi PTP Nonpetikemas.
Secara khusus, pengoperasian Terminal Kijing untuk komoditas curah kering mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 225% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Rata-rata throughput mencapai 2.716 ton per ship per day (T/S/D), melonjak dari hanya 836 T/S/D pada semester I 2024.
“Kami melihat pertumbuhan volume kargo di Terminal Kijing sebagai sinyal positif dari meningkatnya kepercayaan pengguna jasa. Dari sisi operasional, kami terus menjaga kelancaran layanan dengan mengoptimalkan proses bongkar muat, penataan alur logistik, dan pengelolaan waktu sandar kapal secara efisien,” tutur Toto.
PTP Nonpetikemas Cabang Pontianak saat ini mengelola empat area terminal nonpetikemas di Kalimantan Barat, yakni Kawasan Dwikora, Pelabuhan Perintis Sintete, Ketapang, dan Terminal Kijing. Komoditas yang dilayani meliputi karet, bungkil, plywood, CPO dan turunannya, batubara, pupuk, palm kernel, karung beras, hingga produk perkayuan.
“Realokasi aset dari pelabuhan lain dalam jaringan SPMT bukan hanya menjadi langkah strategis pemanfaatan aset idle, tetapi juga mencerminkan sinergi antar unit dalam menciptakan keunggulan operasional yang berdampak nyata pada kinerja dan pelayanan pengguna jasa,” tegas Toto.
Ke depan, Terminal Kijing juga diproyeksikan akan memainkan peran penting dalam mendukung program hilirisasi industri nasional. Terminal ini akan dikembangkan untuk melayani berbagai jenis kargo, baik nonpetikemas maupun petikemas, dalam rangka memperkuat rantai pasok domestik dan internasional. (ire djafar)