Maritim Indonesia – Dalam rangka mendukung percepatan transisi energi bersih dan keberlanjutan sektor perikanan, DPW PNTI Provinsi Daerah Khusus Jakarta, Yayasan SAHID Cilincing dan PT Tanto Industri Megatama berkolaborasi dan bersinergi meluncurkan program Green Hydrogen sebagai bahan bakar ramah lingkungan bagi perahu motor nelayan, yang berlangsung di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cilincing Jakarta Utara, Selasa (8/10).
Acara peluncuran yang dihadiri oleh perwakilan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, perwakilan dunia usaha dan perwakilan nelayan, serta akademisi ini merupakan bagian dari upaya besar untuk menurunkan emisi karbon di sektor perikanan dan mendorong teknologi hijau yang berkelanjutan.
“Inisiatif ini diharapkan dapat membawa dampak positif, tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga dalam meningkatkan efisiensi dan kesejahteraan masyarakat nelayan,” kata Ketua Umum Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PNTI) Muhamad Husein.
Husein menyambut baik dan mengapresiasi upaya para peneliti yang telah berjuang keras untuk bisa memastikan alat ini menjadi lebih baik dan berharap dengan adanya program Green Hydrogen ini para nelayan di Jakarta Utara bisa terbantu. Dalam kegiatan tersebut juga ditampilkan demonstrasi langsung penggunaan Green Hydrogen pada perahu motor nelayan, yang menunjukkan potensi besar teknologi ini sebagai solusi alternatif pengganti bahan bakar fosil.
“Ini merupakan karya anak bangsa yang sangat membantu para nelayan karena selain ramah lingkungan, bahan bakarnya juga sangat ekonomis sehingga mampu menghemat kebutuhan bahan bakar para nelayan, hal ini tentu saja menunjang perbaikan ekonomi yang baik untuk para nelayan, semoga kedepan nelayan di TPI Cilincing ini bisa hidup sejahtera seperti yang diharapkan,” ujar Husein.
Menurutnya, transisi menuju penggunaan energi bersih di sektor perikanan adalah langkah yang sangat penting untuk mendukung keberlanjutan sumber daya kelautan Indonesia.
“Dengan Green Hydrogen, kita tidak hanya melindungi lingkungan laut, tetapi juga memastikan bahwa para nelayan kita memiliki akses pada teknologi yang inovatif dan ramah lingkungan untuk meningkatkan produktivitas mereka,” jelas Husein.
Selain itu, lanjut Husein, teknologi ini akan ditindak lanjuti dalam bentuk pilot projek bagi nelayan di pesisir Cilincing, Kota Administrasi Jakarta Utara dalam upaya memenuhi kajian akademis dan industri, yang kedepannya diharapkan mampu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang berdampak buruk bagi lingkungan.
“Kami membuka ruang untuk bekerja sama dengan pemerintah, lembaga swasta, dan perguruan tinggi untuk memperluas adopsi Green Hydrogen di kalangan nelayan. Selain itu, kami juga akan mengadakan program pelatihan dan sosialisasi bagi nelayan untuk memastikan transisi ini berjalan dengan lancar,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Dewan Penasehat PNTI, Suyadi menyampaikan terimakasih pada DPW PNTI Provinsi Daerah Khusus Jakarta, Yayasan SAHID Cilincing dan PT Tanto Industri Megatama yang telah bekerja sama dengan baik, sehingga kegiatan ini bisa terlaksana.
“Nelayan selama ini mengeluhkan kelangkaan solar yang juga mahal, mereka mempertanyakan nasib keluarganya kedepan jika situasi ini terus berlangsung, itulah sebabnya peluncuran Reaktor Hidrogen sebagai pengganti bahan bakar hari ini benar-benar merupakan solusi bagi para nelayan, tidak hanya di TPI Cilincing ini tetapi juga nanti akan disosialisasikan diseluruh Indonesia sehingga seluruh nelayan Indonesia dapat ikut merasakan manfaatnya,” kata Suyadi.
Ditambahkan Suyadi, Green Hydrogen sebagai bahan bakar alternatif ini didedikasikan sebagai bukti nyata komitmen Bangsa Indonesia dalam mendukung agenda global menuju netralitas karbon, serta langkah maju untuk mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia yang berkelanjutan.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkenan untuk berkolaborasi. Semoga kegiatan ini dapat menjadi langkah awal untuk memberikan solusi energi bersih bagi sektor perikanan dan kelautan Indonesia melalui penggunaan teknologi Green Hydrogen yang ramah lingkungan dan efisien,” pungkasnya. (ire djafar)